WADUH ! PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA TERNAK MEMICU RESISTENSI ANTIBIOTIK PADA MANUSIA

Salah satu poster kampanye internasional untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya penggunaan antibiotik berlebihan pada hewan ternak via www.oie.int

Pemberian antibiotic khususnya pada peternakan unggas memang sangat umum dilakukan, berdasarkan artikel https://www.suara.com/news/2018/11/18/121815/kementan-81-persen-peternak-masih-pakai-antibiotik-untuk-unggas dikatakan Menurut survey yang dilakukan Kementerian Pertanian bersama FAO Indonesia pada 2017 lalu di 3 sentra produksi unggas (Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan), penggunaan antimikroba pada sektor peternakan masih sangat tinggi.

“Hasilnya cukup mencengangkan, 81.4% peternak menggunakan antibiotik pada unggas untuk pencegahan, 30.2% peternak menggunakan antibiotik untuk pengobatan serta masih ada 0.3% yang menggunakan untuk pemacu pertumbuhan,” kata Kasubdit Pengawas Obat Hewan, Kementerian Pertanian, Ni Made Ria Isriyanthi di Malang beberapa waktu lalu.

Karena penggunaan antibiotik yang tidak bijak di kalangan para peternak itulah, pemerintah melalui Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No 14/2017, telah melarang penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan (Antibiotic Growth Promotor/AGP) pada pakan ternak dan efektif berlaku per Januari 2018.

Berdasarkan artikel di https://www.voaindonesia.com/a/who-desak-peternak-stop-pemberian-antibiotik-pada-ternak-sehat/4106054.html dikatakan bahwa  Organisasi Kesehatan Dunia mendesak peternak pada Selasa (07/11) berhenti menggunakan antibiotik dalam mendorong pertumbuhan dan mencegah penyakit pada ternak sehat karena praktik itu meningkatkan infeksi bakteri super yang tahan obat-obatan, kepada manusia.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menggambarkan kurangnya antibiotik yang efektif untuk manusia setara dengan “merebaknya wabah penyakit yang mematikan secara mendadak. Dia mengatakan “tindakan yang kuat dan berkelanjutan di semua sektor” sangat penting untuk membalikan kondisi ini dan “menjaga dunia tetap aman”.

Penggunaan antibiotik mendorong perkembangan dan penyebaran bakteri-bakteri super kuat dan infeksi yang resisten terhadap berbagai obat-obatan yang tidak mempan lagi diobati dengan obat-obatan yang dirancang untuk membunuh mereka.

Menurut pernyataan WHO, di beberapa negara sekitar 80 persen dari total konsumsi antibiotik penting secara medis digunakan di industri peternakan. Antibiotik biasanya diberikan kepada ternak sehat untuk mencegah agar mereka tidak sakit dan mempercepat pertumbuhannya. WHO mengatakan penggunaan tersebut harus dihentikan sepenuhnya.

Menurut situs http://www.tribunnews.com/tribunners/2019/01/15/waspada-bakteri-ecoli-resisten-antibiotika-pada-ayam-potong Hasil penelitian yang dilakukan bersama oleh Indonesia One Health University Network (INDOHUN), Udayana One Health Collaborating Center (Udayana OHCC), dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, pada Desember 2018 lalu, telah ditemukan bakteri Escherichia Coli yang terisolasi pada daging ayam broiler yang banyak dikonsumsi masyarakat.

Penemuan adanya bakteri multi resisten pada daging ayam broiler yang dijual di pasar tradisional ataupun modern tentu menimbulkan kecemasan karena bakteri-bakteri tersebut dapat berpindah kepada manusia selama proses penanganan daging ayam untuk dikonsumsi. Tidak menutup kemungkinan manusia akan terinfeksi oleh bakteri multi resisten dari daging ayam tersebut.

DIkarenakan bahaya penggunaan antibiotik, maka saat ini mulai dikembangkan peternakan unggas dengan penggunaan probiotik sehingga daging ayam yang dihasilkan menjadi  lebih sehat. Namun dikarenakan berternak tanpa antibiotic ini menjadikan berternak ayam menjadi semakin rumit yang berimbas pada kenaikan biaya produksi serta meningkatya risiko kematian unggas yang sangat besar, maka saat ini produksi ayam probiotik masih sangat minim. Sehingga penjualan ayam probiotik masih dilakukan hanya di outlet premium dan di supermarket besar dengan harga yang mahal.

Saat ini mulai bermunculan peternakan-peternakan lokal ayam probiotik yang langsung menjual ayamnya secara retail dengan tujuan menekan harga, sebagai contoh peternakan ayam green-poultry ( www.green-poultry.com) di daerah serpong Tangerang selatan yang berternak dan memasarkan sendiri hasil peternakannya.

Walaupun peternakannya ada di daerah Serpong, namun produknya dapat terdistribusi di Jabodetabek karena mempunyai armada antar sendiri. sehingga ongkos kirim dapat terjangkau. Pemesanan dapat menghubungi (sms/telp/telegram/wa) 081213431441 atau dengan klik tombol pesan antar dibawah ini